19 September 2009

Dewi Hestia

Dalam mitologi Yunani, perawan Hestia (Romawi : Vesta) adalah putri dari Kronos dan Rhea, (Yunani kuno: Ἑστία') yang merupakan Dewi Perapian (hearth), dari susunan kehidupan domestik dan keluarga, ia menerima persembahan pertama dalam setiap sesajen dalam rumah tangga. Dalam wilayah publik, tungku perapian didalam ruang pertemuan umum difungsikan sebagai tempat suaka resmi baginya. Didalam pendirian sebuah koloni baru,api yang berasal dari perapian umum Hestia di ibu kota, akan dibawa ke pemukiman yang baru.

Dalam Mitologi Romawi, fungsi yang serupa dijumpai pada Vesta, yang juga menggambarkan perapian umum, dimana pemujaannya pada perapian abadi mengikat bangsa Romawi bersama dalam bentuk keluarga yang lebih luas. Kemiripan nama antara Hestia dan Vesta, pada level yang lebih dalam, berarti "rumah dan perapian", [[oikos]], peralatan rumah tangga dan penghuninya. "bentuk awal dari candi adalah bangunan tungku perapian; Candi awal Dreros dan Prinias di Pulau Kreta adalah salah satu tipenya, juga candi Apollo di Delphi yang selalu mempunyai bagian dalam hestia". Diantara cerita Yunani klasik, altarnya selalu beratap terbuka langsung menghadap langit, dan peramal Delphi memakai tempat pemujaan dari dewi sebelum diteruskan oleh Apollo. Di ruang pertemuan besar Mycenaean seperti juga ruang Odysseus di Ithaca terdapat sebuah megaron, dengan perapian berada di tengahnya.

Tungku perapian dari masyarakat Yunani dan Romawi tidak diperbolehkan untuk dibawa keluar, jika tidak dimusnahkan dan diperbaharui secara ritual, disertai penyelesaian secara ritual yang impresif, pemurnian dan pembaharuan. Pada level perbandingan di kota kuno polis, Hestia melambangkan aliansi antara koloni koloni dan ibu kotanya.

Sebagai warga Olimpia

Hestia adalah salah satu dari tiga dewi besar pada generasi pertama Olimpia: Hestia, Demeter dan Hera. Dia digambarkan baik sebagai yang tertua maupun yang termuda dari ketiga putri Rhea dan Kronos, saudari dari ketiga saudara Zeus, Poseidon, dan Hades. Pada awalnya ia tercatat sebagai 12 Dewa Olimpus,namun Hestia menyerahkan posisinya pada pendatang baru Dionisus, untuk menjaga api suci di gunung Olimpus. Setiap tungku perapian keluarga adalah tempat pemujaannya.

Dari semua dewa dewi Olimpia, Hestia adalah yang paling sedikit dieksploitasi "dikarenakan tungku perapian tidak bisa dipindah-pindah/dibawa-bawa", Hestia tidak dapat berperan bahkan dalam prosesi para dewa dewi, terkadang ini digambarkan sebagai sikap pasif, dan kepribadian yang non konfrontasional (menurut Walter Burkert). Kepribadian ini digambarkan pada sikapnya yang merelakan kedudukannya pada 12 Dewa Olimpus untuk menghindari konflik.

Dia disebut sebagai kelahiran pertama dari Rhea dan Kronos.Segera setelah kelahiran mereka, Kronos menelan Hestia dan saudara-saudaranya kecuali si bungsu Zeus, yang pada akhirnya menyelamatkan mereka dan memimpin mereka berperang melawan Kronos dan para Raksasa yang lain. Hestia, si putri sulung "menjadi anak yang terakhir, karena dia yang pertama ditelan ayahnya dan yang terakhir diselamatkan " (Kereny 1951:91) — contoh kemungkinan yang paling jelas dari inversi mythic, sebuah paradoks yang dicatat dalam syair Homeric untuk Aphrodite (ca 700 BCE):

Dia adalah anak pertama dari Kronos — dan yang paling muda juga.

Poseidon, dan Apollo dari generasi yang lebih muda teraspirasi untuk memperistri Hestia, tapi sang dewi kebal terhadap mantra Aphrodite dan bersumpah atas kepala Zeus untuk mempertahankan keperawanannya. Pada syair Homeric, seperti literatur awal Yunani, syair mereka cenderung menguatkan supremasi Zeus, dan sumpah Hestia atas kepala Zeus dianggap sebagai contoh kepastian yang sangat tinggi.

1 komentar:

  1. ya ampuuun, gimana mau baca, tulisan putih, latarnya juga ada`gambar serangga putih !

    BalasHapus